Thursday, 19 August 2010

RAJIN DI DALAM TA’AT

Umar bin Al-Khothob r.a. berkata: “Adakan perhitungan untuk dirimu, sebelum kami diperhitungkan (diminta perhitungan), karena yang demikian itu lebih mudah dan ringan bagi hisabmu, dan pertimbangan dirimu sebelum kamu ditimbang semua amal perbuatanmu, dan bersiap siaplah untuk berhadapan kepada Allah yang Maha Besar : Yauma idzin tu’rodhuna laa takhfa minkum khofiyah. (Pada saat itu kamu dihadapkan, dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari padamu, walau sesamar samarnya.)” (Al-Haaqqoh 18).
Yahya bin Mu’aadz berkata: Manusia ada tiga macam:
1. Orang yang sibuk akherat sehingga melalaikan dunianya.
2. Orang yang sibuk dunia sehingga melalaikan akheratnya
3. Orang yang sibuk dengan dunia dan akherat.
Yang pertama: derajat orang orang yang untung dan ahli ibadat, yang kedua: Tempat orang orang yang binasa. Yang ketiga: derajat orang yang spekulasi (untung untungan).
Hatim Azzahid berkata: Empat macam, tidak dimengerti nilainya kecuali oleh empat. Nilai muda tidak diketahui kecuali oleh orang yang telah tua. Nilai kesehatan tidak diketahui kecuali oleh orang yang sakit. Nilai sejahtera (keselamatan) tidak diketahui kecuali oleh orang yang terkena bala’. Nilai hidup tidak diketahui kecuali oleh orang yang sudah mati.
Abul Laits berkata: Ini terambil dari sabda Nabi SAW:
“Pergunakan kesempatan yang lima sebelum tibanya yang lima, mudamu sebelum tua, dan sehatmu sebelum sakit, dan kayamu sebelum miskin, dan masa luang sebelum sibuk, dan masa hidup sebelum mati.”
Maka seharusnya seseorang mengerti nilai hidupnya dan mempergunakan tiap saat yang tiba padanya, dan menanya bagaimana keadaanku di lain saat, lalu memikirkan kemenyesalan orang orang yang telah mati, mereka ingin kembali hidup sekedar untuk sembahyang dua raka’at, atau sekedar membaca Laa ilaaha illallaah. Dan kini kamu sedang mencapai itu, maka rajin rajinlah dalam ibadat sebelum tiba masa kemenyesalan.
Hatim ketika ditanya: Atas dasar apa kamu beramal ? Jawab: atas empat:
1. Saya mengetahui bahwa rezekiku tidak akan lari kepada orang lain, sebagaimana rezeki orang lain tidak akan lari padaku, maka aku yakin dengan itu.
2. Saya mengetahui bahwa saya menanggung kewajiban yang tidak dapat dikerjakan oleh orang lain, maka aku sibuk mengerjakannya.
3. Saya mengetahui bahwa Allah melihat kepadaku di mana aku berada, maka aku malu dari pada-Nya.
4. Saya mengetahui bahwa ajalku akan tiba padaku, secara mendadak, maka saya dahului dengan amal sebelum ia tiba.
Abul Laits berkata: Mengejar ajal berarti bersiap siap dengan amal sholeh, dan menjauhi dari larangan larangan Allah untuk menguatkan dan mencapai khusnul khotimah pada akhir hidupnya.

No comments:

Post a Comment